Arsitektur tropis
merupakan
arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah beradaptasi dengan
iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal,
dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti
temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah
hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada
zaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan
kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain rumah yang nyaman dan
aman.
 |
(Perumahan tradisional Pulau Samosir)
|
Di samping itu, arsitektur rumah tradisional sebagai ungkapan bentuk
rumah tinggal karya manusia adalah merupakan salah satu unsur budaya
yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan
kebudayaan suatu masyarakat, suku atau bangsa yang unsur-unsur dasarnya
tetap bertahan untuk kurun waktu yang lama dan tetap sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suatu masyarakat, suku, atau
bagsa yang bersangkutan.
Oleh karena itu, arsitektur tradisional, pada
khususnya arsitektur rumah tradisional, akan merupakan salah satu
identitas sebagai pendukung kebudayaan masyarakat, suku, atau bangsa
tersebut.
 |
(Rumah tradisional Joglo) |
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap
iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam
desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban
tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam
ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah,
oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah
tropis.
Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab
akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak
juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam
masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi
dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material
asli yang diekspos lainnya.
Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam
perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa
factor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim
tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi
bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang
terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain
yang berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi
yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab
adalah, yaitu :
1. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal
terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara
yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi
panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang
panas.
Perolehan panas dapat dikurangi dengan
menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar,
sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap.
Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas
yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari
bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari
bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan
memperbesar tahan panas.
Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
1. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.
2. Melindungi dinding dengan alat peneduh.
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan
Memperkecil penyerapan
panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
Warna terang mempunyai penyerapan radiasi
matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan
panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga
akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan
menyebabkan aliran panas yang besar.
2. Aliran Udara Melalui Bangunan
Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :
1. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air
keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta
menghilangkan bau.
2. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu
mendinginkan bagian dalam bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya
thermal yaitu terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan
diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya
ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran
udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk
memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan
lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua,
sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar
matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang
lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan
alat-alat peneduh (Sun Shading Device).
Pancaran panas dari suatu permukaan akan
memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur
udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah
dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
(Beberapa jenis shading device)
Penerangan Alami pada Siang Hari
Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
1. Cahaya matahari langsung.
2. Cahaya matahari difus
Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini
untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini,
cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan
karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari
pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan
adalah cahaya langit.
Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin
kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang
sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
2. Komponen refleksi luar
3. Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian
terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang
cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada
bidang kerja tersebut adalah :
1. Luas dan posisi lubang cahaya.
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula
kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya. Dari penelitain
yang dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun
pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas
lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada ketinggian
normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor refleksi cahaya
rata-rata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% – 60% tidak ada
penghalang dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening

Desain rumah tropis bekerja menuju satu tujuan utama dasar: tinggal
nyaman tanpa bergantung pada AC. Hal ini dilakukan dengan moderasi dari
tiga variabel: temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara. Victor Olgay
dalam bukunya, “Desain dengan Iklim”, mengembangkan garis panduan untuk
arsitektur iklim responsif dalam empat daerah iklim yang berbeda, salah
satunya adalah lingkungan tropis panas lembab. Merancang sebuah rumah
pasif didinginkan dimulai dengan situs dan mencakup setiap aspek dari
rumah sampai ke warna.
SOURCE:
BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN
MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS
Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM, 2001
Post a Comment